Jumat, 28 November 2008

Disertasi tentang Almarhum Ustadz Husein Al-Habsyi


ustadzhusein

Disertasi Bapak Muhammad Tamimi, berjudul “Habib Husein al-Habsyi dan Perannya dalam Perkembangan Syiah di Bangil” baru saja dinyatakan lulus dalam ujian pendahuluan di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jogjakarta.

Ustadz Husein Al-Habsyi lahir di Surabaya pada tanggal, 21 April 1921 M. Pada usia yang masih belia beliau sudah harus berjuang sendiri karena ditinggal wafat orang tuanya. Ayah beliau adalah Sayid Abu Bakar Al-Habsyi yang mempunyai garis keturunan dengan Sayid Ali Al-‘Uraidy putra Imam Ja’far Shodiq a.s. Selanjutnya beliau diasuh, dididik dan ditempa oleh pamannya yang ‘Alim dan wara’, yakni Ustadz Muhammad Baraja’.

Beliau masuk pendidikan dasar di Madrasah Al-Khairiyah, sebuah lembaga pendidikan diniah tertua di Surabaya. Pada umurnya 10 tahun beliau sudah aktif mengikuti pengajian rutin yang membahas masalah-masalah fikih, tauhid dan lainnya. Setelah lulus, beliau mengajar di Madrasah tersebut bersama kakaknya, Ustadz Ali Al-Habsyi, yang kemudian bersama-sama hijrah ke Pinang Malaysia. Beliau pernah berguru kepada Ust. Abdul Qadir Balfaqih (seorang ulama besar dan ahli hadis), Syekh Muhammad Robah Hassuna (seorang ulama dari Qolili, Palestina yang berkhidmat mengajar di madrasah Al Khairiyah), Al-Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad (seorang mufti kerajaan Johor Baru, Malaysia), Sayid Muhammad Muntasir Al-Kattani (Ulama’ Maghribi, Maroko), dll.

Di Johor beliau juga mengajar di madrasah Al-Aththas dalam kurun waktu yang cukup lama. Berbagai peristiwa politik semasa penjajahan Inggris atas semenanjung Malaysia memaksa beliau untuk meninggalkan negeri tersebut dan kembali ke kampung halamannya di Surabaya .

Sepulang dari Malaysia, Ustadz Husein Al-Habsyi memulai aktifitas dakwah dan banyak berkecimpung di dunia politik. Dalam menapaki jenjang karirnya, beliau sempat menduduki kepengurusan teras bersama DR. M. Natsir dalam Partai Syuro Muslimin Indonesia. Bahkan, beliau terpilih sebagai Ketua Komisi Hak Asasi Manusia.

Sekian lama setelah beliau tidak aktif dalam partai, Ustadz Husein mulai berpikir bahwa perjuangan Islam lebih “absah” melalui pendidikan agama bukan “politik praktis”. Dalam pikirannya terbersit keinginan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam.

Pada tahun 1970 beliau mendirikan Pondok Pesantren di kota Bondowoso Jatim. Keberadaan beliau di Bondowoso membawa banyak pengaruh bagi perkembangan pendidikan masyarakat di sekitarnya. Setelah dari Bondowoso, karena berbagai hal, akhirnya beliau hijrah ke Bangil. Dan akhirmya membuka Pesantren-Putra di Kenep-Beji, Pesantren-Putri, dan TK di Kota Bangil. Dari kehidupan beliau, hampir seluruh Waktu, tenaga dan pikirannya beliau tercurah untuk kemajuan para santri. Selain mengawasi jalannya seluruh perkembangan di Pesantren, beliau juga mengajar para santri dalam berbagai disiplin ilmu, seperti Bahasa Arab, Ushul Fikih, Tafsir, Tauiyah, dan lain-lain. Metode pembelajaran beliau pun mampu membuahkan hasil yang luar biasa bagi anak didiknya. Hal tersebut terlihat dari alumni-alumni yang mampu tampil sebagai tokoh masyarakat di daerahnya masing-masing. Selain mereka juga dapat dengan mudah melanjutkan pendidikan di berbagai pendidikan tinggi di luar negeri seperti; Mesir, Pakistan, India, Qatar, Saudi Arabiyah dan negara-negara timur tengah lainnya.

Dalam ceramahnya ustadz Husein Al-Habsyi, baik di hadapan santri maupun di hadapan kaum muslimin selalu menekankan akan pentingnya persatuan kaum muslimin, toleransi antar mazhab, menekankan kebebasan berfikir.

Untuk tujuan dakwah, Ustadz Husein Al-Habsyi telah meluangkan banyak waktunya untuk mengadakan safari dakwah dengan menyisir daerah-daerah terpencil kaum muslimin, seperti Sorong, pedalaman Ambon, beberapa daerah di Kalimantan, dan Sulawesi dan Sumatera. Bahkan, di masa akhir hayatnya beliau juga menyempatkan pergi ke negeri Jiran demi meniupkan ruh keterbukaan dan semangat da’wah Islam.

Fitnah demi fitnah dilontarkan oleh pihak-pihak yang tidak menyukai beliau dan misi Islam yang sedang beliau perjuangkan. Sehingga tidak jarang beliau harus berhadapan dengan penguasa pada zaman itu sampai dijebloskan ke dalam penjara. Namun semua itu beliau hadapi dengan penuh kesabaran, ketabahan, dan ruh tawakkal yang luar biasa.

Setelah berpuluh-puluh tahun mengabdikan diri demi Islam dalam dunia pendidikan dan dakwah, beliau memenuhi panggilan Ilahi pada hari Jum’at 2 Sya’ban 1414/14 Januari 1994 di rumah beliau. Beliau dimakamkan pada hari Sabtu 3 Sya’ban 1414/15 Januari 1994 di belakang Masjid Tsaqalain yang terletak di komplek Pesantren Putra “Al-Ma’hadul Islami” YAPI, Desa Kenep Beji Pasuruan.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

lengkapnya tentang disertasi ini ada nggak?referensi juga kalo bisa