Komite Internasional: Kongres Sedunia para imam jamaah dan pendeta Yahudi mengusulkan akan mengirimkan sekitar seribu ton bantuan untuk disalurkan ke Gaza pada 17 Januari mendatang.
Senin, 12 Januari 2009
YAHUDI ANTI ZIONIS YAHUDI ISRAEL????!!!!!!
Komite Internasional: Kongres Sedunia para imam jamaah dan pendeta Yahudi mengusulkan akan mengirimkan sekitar seribu ton bantuan untuk disalurkan ke Gaza pada 17 Januari mendatang.
Sabtu, 03 Januari 2009
Skenario Di Balik Holocoust Gazza Jilid II
Ada sebuah sinyalemen yang cukup merisaukan. Ini berdasarkan fakta —sekalipun— negara-negara Arab sendiri akan bersikeras mengeluarkan petisi berisi penolakan. Bahwa agresi militer Israel jilid II ke Gazza pada 27 Desember kemarin yang menelan 271 jiwa dan melukai 750 korban; yang menjadi edisi lanjutan jilid I agresi militer Israel ke Gazza pada 28 Februari 2008 silam yang menewaskan 132 rakyat Palestina, 26 diantaranya adalah balita seakan direstui oleh Negara-negara Arab. Haim Ramon, Wakil Menteri Pertahanan Israel menyebut agresi jilid I itu sebagai "Holocaust". Sinyalemen yang menguatkan keterlibatan bangsa Arab dalam tragedi itu adalah: pertama, karena sampai sekarang semuanya secara serempak membicarakan program follow up setelah Pemerintahan HAMAS di Gazza berakhir. Kedua, pada Holocaust Jilid I Februari silam, seluruh negara-negara Arab memilih membisu tanpa memberikan respon apa pun. Seolah menyalakan lampu hijau bagi Israel untuk tidak merisaukan sikap Bangsa Arab, bila kemudian Israel merencanakan menggelar Holocoust jilid II. Israel dan —sebagian— bangsa Arab menilai agresi militer Sabtu (27/12) lalu yang meluluhlantakkan markas kepolisian Palestina di Gazza, penghancuran kantor pemerintahan HAMAS, dan peleburan pelabuhan laut Gazza bukanlah perkara arbitrer (sewenang-wenang). Dibandingkan dengan target kolektif yang memuat kepentingan besar yaitu menghentikan penguasaan HAMAS di Gazza. Infasi arbitrer itu tak seberapa dibandingkan rencana pembentukan pemerintahan baru di Gazza yang pro-Israel. Tzipi Livni, Menteri Luar Negeri Israel yang saat itu sedang berada di kota Kairo, tepat setelah dalam 24 jam 150 rakyat Palestina tewas, mengeluarkan pernyataan menggelitik bahwa Holocoust jilid II itu terjadi hanya "just coincidence!" Hanya kebetulan. Tanpa skenario. Barangkali termasuk kebetulan statemen Presiden Palestina, Mahmoud Abbas yang menganggap perlawanan serta upaya dunia luar untuk menghentikan blokade Gazza melalui intifadhah kapal sebagai tindakan sia-sia. Dan, juga penyampaian kabar gembira oleh Dewan Kementerian Ramallah bahwa pemerintahan HAMAS di Gazza sebentar lagi akan berakhir. Tidak berlangsung lama setelah statemen tersebut keluar, puluhan F16 milik Israel mengudara di langit Gazza dan menghancurkan pelabuhan laut Gazza. Penghancuran itu sebagai langkah preventif menggagalkan rencana intifadhah kapal besar-besaran untuk menghentikan blokade Israel. Situasi Politik Menjelang Hollocoust Gazza Beberapa hari sebelum Israel menggelar drama Holocoust, dua surat kabar terbitan Israel: Maariv dan Yediot Aharonot melansir berita yang menyebutkan bahwa Israel telah memulai melakukan pendekatan diplomasi dan kampanye media ke dunia Arab. Israel melayangkan proposal legitimasi kolektif sebagai pembenaran rencana membunuh para petinggi dan kader HAMAS di Gazza. Olekes Fishman, pengamat militer di koran Yediot Aharonot menjelaskan, Israel berupaya maksimal meyakinkan Dunia Arab, khususnya Mesir, terkait rencana menggelar operasi militer ke HAMAS. Bahkan sebagai upaya yang bukan basa-basi, Israel telah mengutus Amos Gilad, Direktur Bidang Politik dan Keamanan Kementerian Pertahanan Israel ke Mesir guna memperoleh legalitas Mesir dalam rangka membersihkan petinggi dan anggota HAMAS. Fishman dan juga Ben Caspit, pengamat politik di Harian Maariv melansir laporan dari Kementerian Pertahanan Israel bahwa Direktur Intelejen Mesir, Menteri Omar Sulaiman, menyetujui rencana infasi ke Gazza dan Israel berhak menempuh langkah itu. Muh. Jamal Arafah, analis di Islamonline.net menyayangkan pihak Mesir sama sekali tidak melakukan konfirmasi terhadap klaim tersebut. Padahal pada momen yang lain dan tidak terlalu urgen kementerian Luar Negeri Mesir begitu responsif menanggapi berbagai tuduhan. Pembisuan Mesir menimbulkan tanda tanya besar? Kedua pengamat itu memproyeksikan Israel tidak lama lagi akan segera menggelar agresi militer ke Gazza, memprioritaskan penghancuran basis militer dan kantor sipil pemerintahan HAMAS. Langkah berani yang sudah dipelajari secara matang. Sebelumnya juga Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, dalam sebuah acara dialog dengan Channel Televisi Al-Arabea secara transparan melontarkan ancaman dimana Israel akan melancarkan infasi militer ke Gazza dan membersihkan faksi HAMAS. Olmert berupaya menciptakan perspektif negatif tentang HAMAS kepada warga Palestina. Ditindaklanjuti dengan melemparkan selebaran melalui udara ke rakyat Gazza, berisi ultimatum agar mereka segera meninggalkan wilayah itu. Bahkan Israel secara terang-terangan mempublikasikan rapat Dewan Menteri yang khusus membicarakan strategi Holocoust jilid II. Perihal rencana penyerangan Israel yang telah menghegemoni headline pemberitaan media massa Israel, tidak menciptakan kemelut di negara-negara Arab, minimal semacam kecaman resmi terhadap Tel Aviv. Di detik-detik menjelang infasi, mayoritas media massa ibukota di Arab justeru sibuk membicarakan urgensi menghentikan Pemerintahan HAMAS. Dan, memposisikan HAMAS sebagai biang keladi krisis kemanusiaan yang melanda Gazza. Dunia Arab melupakan akar persoalan Palestina yaitu imperalisme Israel dan mendiskreditkan sekelompok manusia yang tidak sudi mengakui pendudukan Zionis-Israel. Faksi yang berjuang demi merebut kembali tanah air mereka yang dirampas oleh bangsa Yahudi. Sederet Pertanyaan Penting Mencermati tragedi Holocoust di Gazza, setidaknya akan melahirkan beragam pertanyaan menarik dan membutuhkan analisa yang lebih mendalam, hingga akhirnya dengan menjawab rangkaian soalan ini kita dapat mengetahui alur strategi yang diterapkan oleh Israel sekaligus gambaran masa depan Gazza secara spesifik dan Palestina secara umum. Pertama: mungkinkah melalui mekanisme militaire approach yang dilancarkan oleh Israel ke jantung perlawanan Palestina di Gazza akan mampu memutihkan kekuatan HAMAS? Kedua: benarkah petinggi Arab telah menyusun rancangan dasar pembentukan Palestina Bersatu dan mempersilahkan Israel untuk mengeksekusi HAMAS sebagai langkah penyelesaian konflik antara HAMAS dan FATAH? Pada saat yang sama FATAH dipersiapkan menggantikan pemerintahan HAMAS di Gazza, lalu skenario itu diklaim sebagai langkah moderat petinggi Arab? Ketiga: sudahkah Zionis-Israel beralibi bahwa penyerangannya ke Gazza berdasarkan lampu hijau yang dinyalakan petinggi Arab? Atau, serangan itu dilakukan karena telah ada sebentuk jaminan dari petinggi Arab yang mereka peroleh dalam rangkaian konsolidasi-diplomasi ke sejumlah negara Arab, khususnya Kairo? Lalu kenapa Tzipi Livni yang saat itu berada bersama Presiden Mesir, Husni Mubarak, tanpa merasa canggung menyatakan perang ke Gazza? Keempat: baiklah kita mengakui kelambanan Arab merespon tragedi Gazza atau mungkin Arab lebih memilih berdiam diri. Lalu kelirukah bila karena hal itu kemudian tercipta tudingan adanya kesepahaman Arab-Zionis untuk menyusun strategi berikutnya? Atau, barangkali Israel menggelar serangan itu berdasarkan inisiatif sendiri sehingga setelah Gazza dikuasai, Israel menyerahkan Gazza kepada Mesir, atau kepada Mahmoud Abbas misalnya? Bagaimana jika Abbas kembali memerintah Gazza? Apakah Abbas berani menolak? Atau, Abbas akan langsung menerima paket cuma-cuma itu karena memang itulah obsesinya merebut Gazza dari HAMAS. Baginya itu lebih penting ketimbang merebut kembali Palestina dari cengkeraman Israel!
Jumat, 02 Januari 2009
Jelang Operasi Militer Darat Israel ke Gaza: “Seperti Apa Kekuatan Militer HAMAS?” (Bagian Satu)
Sekilas Sejarah HAMAS
HAMAS adalah singkatan dari Harakat Al-Muqawwamat Al-Islamiyyah atau The Islamic Resistant Movement. Sejarah HAMAS bermula sebagai kelompok paramiliter yang mayoritasnya bermazhab Sunni (Ahlussunnah wal jama’ah), lalu berkembang menjadi sebuah partai politik yang berhasil memenangkan mayorits kursi di parlemen Palestina.
HAMAS didirikan pada tahun 1987 oeh As-Syahid Syeikh Ahmad Yassin, As-Syahid Dr. Abdel Aziz al-Rantissi, dan Muhammad Taaha yang merupakan sayap atau bagian dari kelompok Ikhwanul Muslimin (Islamic Brotherhood) di Palestina pada saat awal Intifadha berlangsung dari tahun 1987 hingga 1993.
Pada Pemilu Palestina tahun 2006, partai politik HAMAS telah berhasil memenangkan 76 kursi parlemen dari 132 kursi yang dicanangkan saat itu. Kemenangan HAMAS di panggung politik bangsa Palestina ini secara langsung telah mengguncang kekuatan Fatah (PLO atau Palestinian Liberation Organization) sekaligus mengubah konstalasi politik di Timur Tengah yang selama beberapa dekade sebelumnya selalu dikuasai oleh PLO.
HAMAS yang sebelumnya selalu dianggap sebagai kelompok paramiliter sempalan, kini layak diperhitungkan sebagai salah satu kekuatan perlawanan bangsa Palestina yang mampu membuat kelompok penjajah Zionis keteteran. Budak-budak Zionis paling setia, seperti Amerika dan Eropa, serta beberapa elit politik Arab di Timur Tengah pun merasa gerah dengan keberhasilan atas pencapaian HAMAS di panggung politik Palestina dan dunia. Simpati, dukungan moral dan finansial dari kaum Muslimin dan juga sebagian masyarakat internasional pun segera mengalir ke HAMAS dan hal itu membuat wajah organisasi PLO tampak seperti “macan ompong”.
Setelah kemenangan HAMAS pada tahun 2006, Hizbullah di Lebanon termasuk Iran pun langsung menyatakan siap untuk mendukung HAMAS termasuk mensuplai HAMAS dengan persenjataan dan military know-how. Tanpa menunda lagi, pada tahun yang sama, militer Israel segera menyerbu wilayah pertahanan Hizbullah di Lebanon Selatan yang awalnya ditujukan untuk melumpuhkan militer Hizbullah, tapi malah berujung dengan kemenangan Hizbullah setelah 30 hari lebih bertempur dan pasukan Israel dipecundangi Hizbullah.
Beberapa Persenjataan HAMAS
1. Rudal Anti Tank Al-Bana dan Al-Yassin
Jangan menganggap enteng rudal jarak pendek yang radius tembaknya hanya sejauh 500 meter ini. Karena meskipun radiusnya hanya 1/2 kilometer, tapi daya ledaknya mampu meluluh lantakkan tank Merkava Israel. Di samping itu, sistem peluncurannya yang sederhana dan hanya mengkonsumsi batere kecil membuat ia sangat sulit dideteksi oleh pihak lawan dan memang sangat cocok untuk pertempuran di dalam kota atau Urban War. Kabar baiknya, rudal yang aslinya buatan Rusia dengan nama PG-2 ini sudah mampu diproduksi secara mandiri oleh HAMAS. Intelijen Israel sendiri memprediksikan bahwa hampir seluruh anggota HAMAS mampu mengoperasikan rudal anti tank ini.
2. Rudal Anti Tank Al-Batar
Al-Batar adalah rudal anti tank jarak jauh yang membawa hulu ledak seberat 3,5 kilogram. Radius tembaknya adalah sekitar 3 kilometer atau 1,7 mil. Meski sudah dikonfirmasi keberadaannya oleh pihak intelijen Israel, tapi hingga saat ini, HAMAS sendiri belum mau memperagakan kekuatan rudalnya yang canggih ini. Sistem pengoperasiannya yang laser guided ditambah daya ledaknya yang besar mengakibatkan sopir-sopir panser Israel ciut dengan rudal HAMAS yang satu ini.
3. Rudal Al-Samoud
Rudal 120mm darat ke darat ini memiliki radius tembak sejauh 8 kilometer. Sangat sedikit sekali informasi yang dimiliki militer Israel mengenai rudal HAMAS yang satu ini. Yani, apakah HAMAS telah memproduksinya secara mandiri ataukah ia masih disuplai dari luar negeri.
4. Rudal Anti Pesawat, UAV, dan Helikopter.
Pada bulan November 2004, HAMAS mengungkapkan kepada media dunia bahwa militer HAMAS kini sedang mengembangkan rudal darat ke udara yang mampu menjatuhkan pesawat-pesawat Israel. Proyek rahasia militer HAMAS ini dipimpin langsung oleh As-Syahid Nasir Rayyan. Meskipun canggih, tapi pengoperasiannya khusus sekaligus membutuhkan kecermatan. Intelijen Israel memprediksikan bahwa Iran dan Hizbullah terlibat atas pelatihan khusus yang diberikan kepada militer HAMAS. Rudal ini berasal dari Rusia dengan nama SA-7 dan telah beberapa kali digunakan Hizbullah untuk merontokkan helikopter dan UAV Israel.
5. Rudal Hawkeye
Rudal ini telah berhasil dikembangkan secara mandiri oleh Brigade Syuhada Jenin. Ia memiliki jarak tembak sejauh 55 kilometer dan memapu membawa hulu ledak seberat 5 kilogram.
6. Rudal Kafah
Menurut laporan intelijen bahwa rudal ini awalnya dikembangkan oleh milisi FATAH dan pada November 2004 pernah digunakan untuk merangsak pertahanan Israel di Netzarim. Pada Oktober 2005, Brigade Syuhada Al-Aqsha mengumumkan bahwa mereka telah memodifikasi rudal ini dan menamakannya Al-Aqsha 3. Rudal ini memiliki jarak tembak sejauh 17 kilometer.
7. Rudal Nasser
Rudal ini memiliki beberapa klasifikasi, dari yang jarak pendek, menengah, hingga jarak jauh. Rudal yang sudah dimodifikasi HAMAS ini memiliki daya ledak dua kali lebih kuat dari aslinya. Pada 28 Juni 2004, rudal ini berhasil menewaskan dua tentara Israel yang diklaim Israel sebagai warga sipil.
Rudal Jarak Menengah Nasser 3
Berat: 30 kg
Panjang: 160 cm
Diameter: 90 mm
Radius: 9 km
huku Ledak: 9-10 kg
Rudal Jarak Pendek Nasser 3
Berat 25 kg
Panjang: 125 cm
Diameter: 90 mm
Radius: 6 km
Hulu Ledak: 9-10 kg
Rudal Jarak Jauh Nasser 3
Berat: 40 kg
Panjang: 180 cm
Diameter: 115 mm
Radius: 9 km
Huku Ledak: 9-10 kg
Bersambung …
Kamis, 01 Januari 2009
Iya, Saya Juga Manusia!
Anda pasti pernah dengar ungkapan2 seperti ini: “Saya kan juga manusia”, “Seleb kan juga manusia”, “Presiden kan juga manusia”, “Polisi kan juga manusia” dan seterusnya. Jika kita teliti, maksud ungkapan2 itu tak lain adalah untuk meminta pemakluman atas keburukan, kejahatan dan sebagainya. Dalam ungkapan2 itu ada kesan bahwa manusia wajar2 saja berbuat buruk dan jahat. Bahkan, di balik ungkapan2 itu ada asumsi bahwa manusia itu sebenarnya makhluk buruk, lantaran keburukan dan kejahatan itu telah menjadi watak bawaannya.
Benarkah demikian?
Sebagai makhluk, manusia tentu punya banyak kelemahan. Tapi manusia bukan makhluk yang memiliki cacat bawaan, sehingga ada alasan untuk memaklumi keburukan manusia tanpa syarat. Poin ini pernah saya uraikan secukupnya dalam posting “Kado Maulid Nabi”.
Dalam ungkapan2 di atas terkesan ada imbauan untuk mewajarkan keburukan seseorang semata-mata karena dia adalah manusia. Sekiranya ada pemakluman tanpa syarat atas manusia sebagai makhluk paling sempurna di alam raya ini, maka pemakluman atas kelemahan2 sistemik lain menjadi lebih masuk akal. Timbul dalam benak orang bahwa kalau makhluk paling sempurna saja sudah memiliki cacat2 bawaan, bagaimana dengan makhluk2 lain yang secara esensial lebih rendah dibanding manusia.
Implikasi lanjutannya, muncul gugatan yang absah atas keadilan Ilahi: mengapa Allah yang diasumsikan sebagai Tuhan Maha Sempurna menciptakan tatanan yang penuh dengan kelemahan intrinsik seperti ini? Dan lebih gawatnya lagi, untuk apa kemudian Allah menetapkan balasan dan pahala bagi keburukan manusia yang sudah bawaan itu?
Pandangan yang menjatuhkan segala kelemahan dan keburukan pada manusia itu sebenarnya datang dari sikap nihilis dan absurdis. Bagi orang yang berpandangan seperti ini, manusia sejatinya adalah sebuah virus—mengutip ungkapan Agent Smith dlm film The Matrix. Ia hadir untuk merusak tatanan. Fungsinya tak lebih dari faktor penghambat, bukan pendorong, evolusi alam. Karenanya, kehidupan manusia pasti berakhir dengan kehancuran dan kemusnahan.
Sikap nihilis Agent Smith terhadap manusia itu sialnya menyusupi pandangan agama ihwal manusia. Dalam banyak literatur, kiamat itu digambarkan sebagai puncak perjalanan manusia menemui kehancurannya. Ada anggapan bahwa kiamat itu adalah malapetaka yang harus dipetik oleh kehadiran manusia yang asing di alam yang tertata sempurna ini.
Benarkah manusia itu adalah faktor penghambat evolusi alam? Benarkah takdirnya dipastikan menjadi biang kerok kerusakan di bumi dan alam raya? Jika tidak, apakah makna kiamat itu? Mengapa ada gambaran kehancuran bumi dan segala isinya di hari kiamat itu?
Pada kesempatan lain kita akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu satu demi satu. Untuk sekarang, cukuplah kita memahami bahwa arti harfiah “kiamat” yang dipakai oleh teks-teks suci al-Qur’an dan hadis itu adalah “kebangkitan”, dan bukan “kehancuran” atau “kemusnahan”.
Ada banyak cara kita memandang manusia. Tapi cara paling nista adalah dengan mengutuk manusia itu sendiri dan membebankan segala keburukan dan kesalahannya pada pola kejadiannya sendiri. Cara ini bakal berujung dengan pembebasan setiap orang yang bersalah dari segala keburukan pribadi, dan mengembalikan semuanya pada Tuhan yang menciptanya.
Salah satu langkah paling jitu untuk mengubah pandangan nihilis tentang manusia itu dengan secara lugas menyebut pribadi yang berbuat salah sebagai “binatang”, atau dalam istilah al-Qur’an, “lebih sesat daripada binatang”. Dengan begitu, kita telah mengembalikan keburukan manusia pada kegagalan individu mendidik dirinya dan mengolah dimensi kebinatangannya secara produktif.
Sebaliknya, kita harus memakai ungkapan “Saya kan juga manusia”, “Presiden kan juga manusia”, dan sebagainya sebagai pujian atas prestasi seseorang. Maksudnya, kita tujukan pujian pada aspek kemanusiaan orang yang telah berhasil lolos dari tarikan kebinatangan dalam dirinya.
Inilah pandangan saya, karena SAYA KAN JUGA MANUSIA!!!
DR Nizar Rayyan Gugur bersama Keluarganya
Pesawat-pesawat tempur Israel membombardir beberapa bangunan apartemen di Utara Gaza. Serangan itu telah menggurkan banyak warga sipil karena merupakan wilayah yang padat.
Serangan tersebut menggurkan salah satu pimpinan Hamas, yaitu DR. Nizar Rayyan bersama istri dan tiga anaknya.
Selamat jalan, pejuang!